BeritaGresik.com – Pasca terjadinya gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 6.5 SR yang mengguncang Pulau Bawean kabupaten Gresik pada Jumat (22/03/2024) pukul 15.52 WIB, masih menyisahkan trauma mendalam bagi kebanyakan warga Bawean.
Akibatnya, mereka lebih memilih tinggal di tempat-tempat pengungsian dari pada harus kembali pulang ke rumah.
Rasa takut dan trauma warga semakin diperparah lagi lantaran gempa susulan masih saja terjadi hingga Minggu (24/03/2024) pukul 18.39 WIB dengan kekuatan magnitudo 3.9 SR.
Dewi, warga Dusun Dedawang kecamatan Tambak mengaku masih trauma berat untuk pulang ke rumahnya, ia bersama keluarga dan warga lainnya tetap bertahan di pungungsian karena gempa susulan masih saja terjadi.
“Tidak tau sampai kapan bertahan di sini, mau pulang masih takut gempa susulan, “katanya Minggu (24/03/2024).
Mengapa banyak gempa susulan pada gempa Bawean?
Kepala BMKG Pusat Daryono menjelaskan gempa Bawean tergolong karakter gempa kerak dangkal yang terjadi di batuan kerak permukaan yang batuannya heterogen, sehingga rapuh dan mudah patah.
Dia mencontohkan proses gempa susulan seperti melengkungkan dan menekuk penggaris kayu hingga patah.
“Analoginya mirip saat kita mematahkan penggaris kayu, dengan cara melengkungkan dan menekuk penggaris kemudian terjadi retakan-retakan kecil kemudian makin banyak berbunyi kretek, kretek, kretek (gempa-gempa kecil) disusul brakkkk (gempa utama) paling besar,” tuturnya seperti dilansir media CNN Indonesia.
Berbeda dengan gempa kerak samudra yang batuannya homogen-elastik, sehingga minim gempa susulan.
Daryono menyebut gempa susulan biasa terjadi pasca gempa kuat, dan bukan sesuatu yang harus ditakuti.
“Gempa susulan yang banyak justru dapat memberi informasi peluruhan sehingga kita jadi tau aktivitas gempa akan segera berakhir,” imbuhnya. (abr)