BeritaGresik.com – Kehadiran BBM ke pulau bawean di akhir tahun ini masih menui masalah walaupun suplai BBM dapat dianggap cukup, namun kehadirannya bukan menyelesikan masalah malah sebaliknya masih banyak keluhan warga bawean terhadap harga ecer yang belum stabil.
Dari hasil investigasi BCW – LSM di Bawean sejak tiga bulan terakhir ini harga pertalite sampai dibulan Desember masih terjual Rp. 9500 – 11.000/ liter ada apa ini atau jangan jangan ada kesepakatan APMS 56.611.01 dan SPBU Kompak 56.611.39 sebagai penerima jatah dari pertamina yang menaikkan harga Rp. 1.650.000 perdrum.
“Coba bayangkan saat beberapa bulan yang lalu disaat semua pengusaha mendapatkan jatah dari pertamina harga pasaran pertalite berkisar Rp.8000/liter, “tandas Darinazar sebagai pegiat anti korupsi”
Sepatutnya Pertamina tidak berdiam diri dengan memberikan suplai pada pelanggan APMS 56.611.01 dan SPBU Kompak 56.611.39 saja tapi pertamina harus cerdas membaca keadaan harga ecer BBM di Bawean. Seharusnya semua pelaku usaha BBM di Bawean diberi hak yang sama sepanjang memenuhi sarat agar dapat mengurangi keluhan warga terhadap harga ecer.
Bukan dengan membiarkan siapa yang dapat suplai pertamina yang beruntung akhirnya rakyat Bawean jadi korban naiknya harga pasaran solar maupun pertalite.
Kenaikan harga BBM di Bawean yang dirasa tidak wajar ini dilakukan sepihak tanpa adanya anjuran pemerintah secara resmi.
Raihan salah satu nelayan Bawean dengan melejitnya harga solar sampai Rp.11.000/liternya merasa resah apalagi saat ini hasil melaut seringkali tidak seimbang dengan pengeluaran harga BBM. Hal senada juga disampaikan Subandi, salah seorang petani Bawean yang menggunakan mesin hand traktor untuk menggarap sawah, naiknya harga BBM dirasa sangat mencekik Para petani. Menurutnya upah menggarap sawah tak sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk menggrap sawah, “ sekarang sudah masuk musim menggarap sawah, naiknya harga BBM menambah beban para petani,” keluhnya. (abr)